Percaya Diri dengan Rahmat Allah SWT

18 Apr 2020 11.09.59 322 Dilihat

Percaya Diri dengan Rahmat Allah SWT
Keterangan gambar: https://id.techinasia.com/kebiasaan-menumbuhkan-percaya-diri

 Diterjemahkan oleh: Muhammad Syamsul Arifin
Jum'at, 22 Sya'ban 1441 H

Adalah dia sahabat 'Amr bin al- Jamuuh pemilik nama lengkap 'Amr bin al- Jamuuh bin Zaid al-Khazraji al- Anshari salah satu pemuka Bani Salmah.

Saat belum masuk Islam, 'Amr bin al Jamuuh memiliki sebuah patung dari kayu untuk disembah di rumahnya. Pada waktu itu juga banyak pemuda Bani Salmah yang sudah masuk Islam diantaranya Muadz anaknya sendiri. Mereka mengambil patung itu dan melemparkannya ke salah satu sumur milik Bani Salmah.

'Amr pun mendapatinya hingga ada kotoran pada patung tersebut, ia ambil, cuci, dan memberinya mewangian seraya berkata: "Jikalau aku tahu siapa pelakunya, akan aku hinakan dirinya", namun para pemuda terus mengulangi perbuatannya.

Hingga satu hari 'Amr menggantungkan pedangnya pada patung tersebut dan berkata: "Kalau kamu mampu memberi kebaikan pada dirimu sendiri, maka cegahlah mereka dengan pedang ini". Sore harinya, para pemuda membawa bangkai anjing dan mengikatkannya ke patung itu kemudian mengambil pedangnya.

Esok paginya, 'Amr mendapati bangkai anjing itu dan menyadari bahwa patung itu tidak memberi manfaat bahkan untuk sekedar menolong dirinya sendiri pun tidak mampu hingga akhirnya terbuka pintu hidayah baginya dan masuk Islam.

*

Ketika Rasulullah SAW menyerukan umatnya untuk berjihad dalam perang Badr, 'Amr ingin sekali ikut seruan nabinya namun ditangguhkan oleh Bani Salmah karena menderita pincang yang cukup berat. Namun, ketika datang seruan perang Uhud beliau berkata pada kaumnya: "Kalian telah mencegahku dari Badr, maka tidak untuk Uhud kali ini!".

Kaumnya tetap mencegah dirinya, namun ia malah mengambil senjatanya seraya menimpali dengan penuh percaya diri: "Demi Allah, Aku berharap surga diinjak oleh orang pincang sepertiku", kemudian berpaling ke arah kiblat dan berdoa: "Allahumma urzuqnii as-Syadah wa laa taridnii ila ahlii khaaiban" (Ya Allah karuniakanlah aku syahid dan jangan Engkau kembalikan aku pada keluarga ku dalam keadaan gagal).

Perkara ini disampaikan kepada Rasulullah SAW dan beliau menyetujuinya. Dalam perang tersebut Allah mengabulkan do'anya mati syahid bersama salah satu anaknya Khalaad.

Dari kisah di atas bisa kita mengambil pelajaran bahwa agama ini sangat rasional dan harus dipahamkan dengan intelektualitas yang mumpuni bukan emosi semata. Kedua, dalam mengamalkan kebenaran hendaknya kita harus percaya diri akan rahmat Allah sebagimana prinsip 'Amr lebih baik pulang nama daripada gagal dalam membela kebenaran.
Wallahu a'lam bisshowab.*

*Diambil dari kitab Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Ta'riif bi as-Sabiqiin al-Awwalin min al-Muhajiriin wa al-Anshar wa biman Aslama 'Am al-Fath wabi al-Wufuud, hal. 141-142.

                                                                                                                                                                                                          

Profil Singkat Penerjemah

Muhammad Syamsul Arifin, S.Pd, M.Pd

Lahir di Ciamis 5 Januari 1992 mulai sekolah di SDN Padaringan 2 Ciamis lulus tahun 2003 lanjut di KMI PM. Daarul Huda Kota Banjar selama 6 tahun lulus tahun 2009, mengambil kuliah di S1. Prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Nurul Huda OKU Timur Sumatera Selatan lulus tahun 2014 terakhir mengambil S2. Prodi Pendidikan Bahasa Arab di Program Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor lulus tahun 2019. Terhitung dari tahun 2019 sampai sekarang penulis diamanahi untuk mengajar sintaksis Arab dan komposisi Arab di Pesantren Modern Daar El Falaah Mandalawangi Kab Pandeglang Banten.