Pondok Pesantren Modern
3 Agu 2018 09.55.38 4.183 Dilihat
Istilah pondok pesantren modern pertama kali diperkenalkan oleh Pondok Modern Gontor. Istilah Modern dalam istilah Gontor berkonotasi pada nilai-nilai komodernan yang positif seperti disiplin, rapi, tepat waktu, kerja keras. Termasuk nilai modern yang bersifat fisikal yang tergambar dalam cara berpakaian santri Gontor dengan simbol dasi, jas, dan rambut pendek ala militer.
DEFINISI PESANTREN MODERN
Definisi dan arti dari Pondok Pesantren Ponpes Pontren Modern (kholaf, ashriyah), yang merupakan kebalikan dari Pondok Pesantren Salaf (salafiyah, tradisional)
Oleh Litbang Ponpes Al-Khoirot Malang
Pondok pesantren Modern memiliki konotasi yang bermacam-macam. Tidak ada definisi dan kriteria pasti tentang ponpes seperti apa yang memenuhi atau patut disebut dengan pesantren 'modern'.
CIRI KHAS PESANTREN MODERN
Namun demikian, beberapa unsur yang menjadi ciri khas pondok pesantren modern adalah sebagai berikut:
1. Penekanan pada bahasa Arab percakapan
2. Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer (bukan klasik/kitab kuning)
3. Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag dari SD/MI MTS/SMP MA/SMA maupun sekolah tinggi.
4. Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti Pesantren daar El Falaah
Kriteria-kriteria di atas belum tentu terpenuhi semua pada sebuah pesantren yang mengklaim modern. Pondok Modern Gontor, inventor dari istilah pondok modern, umpamanya, yang ciri modern-nya terletak pada penggunaan bahasa Arab kontemporer (percakapan) secara aktif dan cara berpakaian yang meniru Barat. Tapi, tidak memiliki sekolah formal yang kurikulumnya diakui pemerintah.
Pesantren modern, dengan demikian, adalah kebalikan dari Pesantren Daar El Falaah
PELOPOR PONDOK PESANTREN MODERN
Pelopor dari pesantren modern adalah Pondok Modern Gontor. Pondok inilah yang secara sistematis dan bertahap memperkenalkan suatu sistem baru bagi dunia pesantren sehingga dengan reformasi sistem ini maka pesantren tidak hanya disukai oleh kalangan masyarakat pedesaan tapi juga mulai menarik masyarakat urban/perkotaan untuk menyekolahkan dan mengirimkan anaknya untuk dididik di pesantren.
Sistem yang diberlakukan pesantren modern membuat masyarakat yang selama ini agak sinis menjadi bangga dengan pesantren. Karena komodernan yang ditonjolkan tidak hanya sekedar jargon dan simbol-simbol belaka, tapi juga mencakup implementasi dari nilai-nilai modern yang hakiki dan islami.
Namun sistem pondok modern bukan tanpa kritik. Salah satu kritik yang didengungkan adalah lemahnya santri modern pada penguasaan kitab kuning klasik (kutub at-turats). Dan terlalu terfokus pada penguasaan bahasa Arab modern dan "ringan".
Berangkat dari kritikan ini, maka banyak pesantren yang tidak langsung meniru bulat-bulat sistem ini tetapi mengombinasikannya dengan sistem salaf dan sistem pendidikan lain yang sebelumnya hanya di luar pesantren seperti pendidikan formal, dan lain-lain.
PESANTREN KOMBINASI SALAF MODERN
Tidak semua pesantren meniru 100% sistem modern yang dipakai Gontor. Banyak dari pesantren yang masih mempertahankan sistem pesntren Daar El Falaah Sebagian mengambil jalan tengah dengan mengombinasikan dua sistem yang berbeda yaitu sistem salaf dan modern sekaligus.
Salah satu contohnya adalah Pondok Pesantren Daar El Falaah Malang yang merupakan kombinasi salaf dan modern. Ia memiliki ciri khas yang ada di pesantren salaf seperti pengajian kitab kuning/klasik (kutub atturats) dengan sistem sorogan dan wetonan, ada madrasah diniyah, tahfidzul Qur'an, dan pada waktu yang sama memiliki sekolah formal dan mengajarkan bahasa Arab kontemporer.
Pesantren seperti Al-Khoirot Malang beranggapan bahwa sistem kombinasi antara sistem modern, salaf dan pendidikan formal adalah sistem terbaik saat ini untuk diimplementasikan di pesantren.
PENDAPAT LAIN TENTANG PONDOK MODERN
Seiring dinamika zaman, banyak pesantren yang sistem pendidikan asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri khas pesantren modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/muhawarah). Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan wetonan maupun madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali. Atau minimal kalau ada, tidak wajib diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-NU-annya seperti tahlilan, qunut, yasinan, dll.
Pondok pesantren Modern memiliki konotasi yang bermacam-macam. Tidak ada definisi dan kriteria pasti tentang ponpes seperti apa yang memenuhi atau patut disebut dengan pesantren 'modern'. Namun demikian, beberapa unsur yang menjadi ciri khas pondok pesantren modern adalah sebagai berikut:
1. Penekanan pada bahasa Arab percakapan
2. Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer (bukan klasik/kitab kuning)
3. Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag
4. Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti sorogan, wetonan, dan bandongan.
Kriteria-kriteria di atas belum tentu terpenuhi semua pada sebuah pesantren yang mengklaim modern. Pondok modern Gontor, inventor dari istilah pondok modern, umpamanya, yang ciri modern-nya terletak pada penggunaan bahasa Arab kontemporer (percakapan) secara aktif dan cara berpakaian yang meniru Barat. Tapi, tidak memiliki sekolah formal yang kurikulumnya diakui pemerintah.
1. Adanya pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum agar bisa sesuai atau mampu memperbaiki kondisi-kondisi yang ada untuk mewujudkan generasi yang berkualitas.
2. Melengkapi sarana penunjang proses pembelajaran, seperti perpustakaan, buku-buku klasik dan kontemporer, majalah, sarana berorganisasi, sarana olahraga, internet (kalau memungkinkan) dan lain-lain.
3. Memberikan kebebasan kepada santri yang ingin mengembangkan talenta masing-masing, baik yang berkenaan dengan pemikiran, ilmu pengetahuan, teknologi maupun kewirausahaan.
4. Menyediakan wahana aktualisasi diri di tengah masyarakat.
Lebih dari itu, erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, pesantren (modern) harus mampu menjadi stimulator yang dapat memancing dan meningkatkan rasa ingin tahu santrinya secara berkelanjutan.
Sementara dalam pengembangan pendidikan pesantren (modern) memiliki tanggung jawab sebagai sekolah umum berciri khas Islam agar mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena manusia yang berkualitas itu setidaknya memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi IMTAQ dan IPTEK.
5 TIPE PESANTREN
Babun Suhart mengelompokkan pesantren menjadi 5 yaitu :
1. pesantren salaf, yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (wetonan dan sorogan) dan sistem klasikal.
2. Pesantren semi berkembang, yaitu pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (wetonan dan sorogan) dan sistem madrasah swasta dengan kurikulum 90 % agama dan 10 % umum
3. Pesantren berkembang, yaitu pondok pesantren seperti semi berkembang hanya saja lebih fariatif yakni 70 % agama dan 30 % umum
4. Pesantren moderen, seperti pesantren berkembang yang lebih lengkap dengan lembaga pendidikan sampai perguruan tinggi dan dilengkapi dengan takhassus bahasa arab dan bahasa inggris
5. Pesantren ideal, pesantren sebagaimana pesantren moderen hanya saja lembaga pendidikannya lebih lengkap dalam bidang keterampilan yang meliputi teknik, perikanan, pertanian, perbankkan dan lainnya yang benar-benar memperhatikan kualitas dengan tidak menggeser ciri khas pesantren.