SEJARAH PESANTREN MODERN DAAR EL FALAAH Mandalawangi-Pandeglang-Banten
16 Mei 2015 09.13.08 3.862 Dilihat
SEJARAH BERDIRINYA PESANTREN
Berawal dari yang mulia almarhum mama haji Darfa yang mempunyai cita-cita mulia dan suci agar anak bungsunya (Falah) bila kelak dewasa menjadi Kiyai dan ustadz pengayom masyarakat dan penyejuk umat, maka dimasukkanlah ia (Falah) ke pondok pesantren tradisional, dengan segala perlengkapan sarana yang serderhana, sesuai dengan keadaan zaman pada masa itu. Namun karena satu dan lain hal, setelah menggali pelajaran-pelajaran agama melalui sistem sorogan dan watonan (Pemuda Falah) tidak langsung membina masyarakat dan umat, tetapi ia lebih tertarik kepada dunia usaha dan perdagangan, mungkin ia berfikir bahwa untuk menjadi pimipinan umat tidaklah cukup hanya bermodalkan ilmu pengetahuan saja, namun diperlukan juga adanya kekuatan materi dan kapital, lebih-lebih ia hidup disuatu kampung dan dusun yang sangat bersahaja.
perjalanan panjang dan pernugangan dikota jakarta dalam dunia usaha dan perdagangan dilaluinya dengan penuh kesabaran dan sikap tawakkal kepada Allah. dimulai dari usaha kecil-kecilan dengan segala dinamika dan romantika dan dialektikanya, kehadiran Ibunda Hajjah Hindun sebagai pendamping (Pemuda Falah) sungguh sangat berarti dan bermakna sebagai obat penawar hati, menjadi teman tertawa dikala bahagia dan menangis dikala sedih. Memang benar rahmat Allah itu sangatlah luas, dari hasil usahanya ia biasa menyisihkan sebagian dalam bentuk tanah dan sawah sebagai bekal perjuangan FISABILLLAH dikampung halaman.
ditengah perjalanan dan perjuangan dikota Jakarta , maka ia (pemuda Falah) teringat kembali kepada keinginan dan cita-cita mulia orangtuanya Almarhum Bapak/Mama Haji Darfa, maka dimasukkanlah putra pertama/sulung Muhammad Ma’mun ke balai pendidikan Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur. Dan ketika putra sulungnya beranjak dewasa maka disampaikanlah isi hatinya agar kelah Muhammad Ma’mun berkenan mendirikan pondok di kampung halamannya (Mandalawangi). Keinginan tersebut tentu didengar dan diperhatikan namun belum ditanggapi dan diresponi. Pemuda Ma’mun yang hidup di kota Jakarta dengan berprofesi sebagai muballigh/penceramah dan guru/ustadz yang setiap hari keluar majlis ta’lim baik di masjid-masjid dan di musholla-musholla, begitu pula di kantor-kantor pemerintah dan swasta. Dalam perjalanannya, ia teringat kembali dengan pesan orang tuanya yang berbekal pengalaman selama 14 tahun, berdakwah berbekal ilmu pengetahuan dari Pondok Modern Gontor, IAIN Syarif Hidayatullah dan Al-Azhar Kairo, ia mencoba untuk merealisasikan cita-cita dan harapan orang tuanya dibantu oleh adik-adik dan saudara sepupu sebagai tanda bakti dan bukti ketaatan kepada kedua orang tuanya dan mengharapkan ridho Allah.
Untuk merealisaskan cita-cita tersebut, mama Haji Falah menyampaikan kepada Haji Humaidy Latief (anak menantu) teman kecil H.Muhammad Ma’mun semasa di Gontor dan teman kuliah semasa di Al-Azhar yang kebetulan ia telah lebih dahulu menekuni dunia pendidikan (tahun 1980-1984) sebagai guru dan wakil ketua majlis guru di pondok pesantren Daar El Qolam Gintung, tahun 1984-1997 menjadi guru di SMA Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat tahun 1986-1989, sebagai koordinator bidang pendidikan di Pondok Pesantren Ash-Shidiqiyah Jakarta Barat, dan tahun 1997-2001 sebagai staf bidang pendidikan di Yayasan Al-Chasanah Jakarta.
Atas pertimbangan-pertimbangan yang mulia maka tercetuslah ide Tri Murti oleh Mama Haji Falah, Yaitu :
1. K.H. Muhammad Ma’mun HF
2. KH. Humaidy Latief
3. Siti Khodijah HF
Ide tersebut tercetus lantaran diilhami dengan apa yang ada di Pondok Modern Gontor Ponorogo, Yaitu Tri Murti :
1. Almarhum Bpk. K.H. Ahmad Sahal
2. Almarhum Bpk. K.H. Zainuddin Fannani
3. Almarhum Bpk. K.H. Imam Zarkasyi
Pencetus ide ini, mama Haji Falah tentu memiliki niat baik dan berpandangan jauh kedepan, mengingat pondok/pesantren yang akan dibangun ini bukan pondok/pesantren tradisional, tetapi pondok/pesantren modern yang siap menghadapi tantangan zaman dengan berbagai macam corak dan warna dan bentuknya dan dibutuhkan kepamimpinan kolektif, guna memantapkan langkah dalam mewujudkan niat baik ini, didirikanlah sebuah yayasan sebagai payung yang menaungi pondok/pesantren yaitu “Yayasan Al-Falah”. Dalam pendirian “Yayasan Al-Falah” ini melibatkan banyak orang dari berbagai profesi dan ketrampilan, dengan maksud dan harapan agar Pesantren Modern Daar El Falaah memiliki badan hukum yang resmi.
maka dengan izin ALLAH SWT, mama Haji Falah menyerahkan sebidang tanah dijalan raya Pari Kecamatan Mandalawangi seluas 14.000 m2 sebagai wakaf untuk dijadikan areal Pesantren Modern Daar El Falaah dan sebidang tanah di kampung Mandalawangi (Kp. Bangkong). Sementara pengurus yayasan menyumbangkan uang sebagai modal dasar kegiatan yayasan.
Perjalanan yayasan Al-Falah nampaknya tidak semulus apa yang diharapkan, banyak halangan dan rintangan, maka atas dasar pertimbangan yang ada H.Muhammad Ma’mun selaku Tri Murti yang paling tua berinisiatif menyampaikan ide dan gagasan kepada H.Humaidy Latief sebagai salah satu Tri Murti untuk membentuk panitia kecil yang bertugas untuk mengumpulkan dana dari masyarakat dan majlis-majlis ta’lim agar pesantren modern dapat segera dibangun. tentunya gagasan dan ide tersebut dapat diterima dan disetujui, bahkan mendapatkan restu dari Pendiri Yayasan Mama H.Falah dan Ibu Hajjah Hindun.
Dengan tenaga dan waktu yang sangat terbatas, dimulailah kegitan panitia pembangunan Pesantren Modern Daar El Falaah di Bangkong (sekarang Kampus 1/Kampus Putri), panitia kecil ini dipimpin oleh KH. Muhammad Ma’mun (Ketua) KH. Humaidy Latief (Sekretaris) Ny. Hj. Nurmastiah HBR (Bendahara I) dan Ny. Hj. Farmanah Dewi (Bendahara II).
Perjuangan dan perjalanan panitia kecil ini sangat banyak dimotori oleh KH. Muhammad Ma’mun (salah satu Tri Murti), yang bekerja siang malam tanpa mengenal lelah dan letih dan tak pernah hitung-hitungan dalam bekerja, sesuai dengan pesan dan wasiat Bapak KH. Hasan Abdullah Sahal, salah satu Pimpinan Pondok Modern Gontor Ponorogo, "bahwa masing-masing hendaknya bekerja sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia, jangan merasa paling anu dan paling anu.. khawatir amal ibadahnya akan ternodai, tentu siapa yang paling banyak berbuat dan beribadah, maka insya_a Allah paling banyak pula menerima pahala dan kebaikan dari Allah SWT".
Alhamdulillah berkat rahmat ALLAH SWT, panitia kecil dapat merampungkan satu unit bangunan asrama putra yag terdiri dari tiga lokal dan dua unit kamar mandi (putra-putri), dan satu unit bangunan asrma putri. tentunya keberhasilan ini merupakan hasil jerih payah dari semua pihak, baik pengurus yayasan Al-Falah, masyarakat dan para dermawan.
Kiranya sunnatullah berlaku atas salah seorang Tri Murti, yaitu Ustadzah Siti Khadijah binti Haji Falah (anak kedelapan dari 12 bersaudara atau putri keempat dari 5 putri bersaudara) mendapat jodoh pria alumni Pondok Modern Gontor dan Alumni ISID (Institut Studi Islam Darussalam) Gontor, yatiu Al Ustadz Syarif Usman, S.Ag. Tentunya bagi Yayasan Al Falah dan Tri Murti serta keluarga besar Pesantren Modern Daar El Falaah merupakan nikmat dan rahmat dari Allah SWT yang sangat besar dan patut disyukuri, karena ia datang dan hadir disaat kami sangat membutuhkan.
Maka sebagai letupan rasa syukur, bersepakatlah yayasan Al-Falah dengan Tri Murti memberikan amanah dan jabatan sebagai Direktur Pesantren Modern Daar El Falaah yang bertanggungjawab penuh terhadap jalannya kegiatan belajar mengajar. Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia Allah SWT maka dengan segala kerendahan hati, Pesantren Modern Daar El Falaah telah diresmikan pembukaannya pada Ahad, 3 Agustus 1997, peresmian dilakukan oleh Kepala Kantor Departemen Agama Wilayah Kabupaten Pandeglang Bapak Tarmidzi Abduh (Alumni Gontor).
Dengan segala penuh harapan, semoga Allah SWT meridhoi amal ibadah Keluarga besar Pesantren Modern Daar El Falaah.